Rabu, 23 November 2011

Tingkatkan Produksi Ikan dengan Kearifan Lokal

DEPOK – Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang berbagi rahasia sukses mengembangkan potensi bahari dengan memperhatikan kearifan lokal.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang Endang Retnowati kdalam seminar Nasional Budaya Bahari yang berlangsung di Auditorium Gedung Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

Endang mencontohkan, budaya menangkap ikan dari satu provinsi dengan provinsi lain di setiap daerah berbeda. Masyarakat Aceh, lanjutnya, menggunakan pukat sebagai alat penangkap ikan. 

“Budaya menangkap ikan di laut atau meupayang merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat di kabupaten Aceh Besar. Dalam mengembangkan sektor perikanan laut, sebagian nelayan juga masih menggunakan cara tradisional atau yang disebut pukat. Alat ini berbentuk jaring panjang, bersayap dan memiliki kantong pada bagian ujungnya. Perlu diperhatikan kearifan lokal setempat dalam mengembangkan produksi ikan,” katanya dalam sambutannya, Rabu (23/11/2011).

Menurutnya, kearifan lokal yang berkaitan dengan budaya bahari tumbuh subur di masyarakat. Dikatakannya, banyak ritual-ritual keseharian yang diyakini sebagai medium untuk menjaga keseimbangan antara penguasa laut dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut.

Endang menambahkan, proses pewarisan kearifan lokal tentang budaya bahari antargenerasi berlangsung secara alamiah.

“Produksi ikan di Indonesia  meningkat dari 5,26 juta ton menjadi 16,9 juta ton hingga 2014 mendatang. Jika dikelola dan dikembangkan secara maksimal akan berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya di daerah pesisir yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan,” tuturnya.

Sampai saat ini, lanjutnya, potensi laut yang dimiliki daerah belum dapat dikelola dan dikembangkan secara optimal. “Masalah lain masih terbatasnya fasilitas nelayan terutama pada peralatan,” tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar